Berinvestasi di pasar modal memang menjanjikan potensi keuntungan besar. Tapi di sisi lain, fluktuasi harga adalah hal yang tidak bisa dihindari. Mungkin kamu pernah mengalaminya: portofolio yang awalnya hijau, tiba-tiba merah membara. Harga saham turun drastis, dan kamu mulai panik.
Sebenarnya, kenapa harga saham bisa anjlok begitu cepat? Apa saja faktor yang memicunya, dan bagaimana sebaiknya kamu menyikapi situasi ini dengan bijak? Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap dan humanized tentang dinamika pasar saham dan strategi terbaik agar tetap tenang di tengah badai.
Kenapa Harga Saham Bisa Turun?
Sebelum kamu mengambil keputusan emosional, penting untuk memahami bahwa penurunan harga saham bukanlah hal yang luar biasa. Pasar bergerak naik turun setiap hari, dipengaruhi oleh banyak faktor. Berikut beberapa penyebab umum mengapa harga saham bisa turun secara drastis:
1. Sentimen Pasar yang Negatif
Salah satu pemicu utama penurunan harga saham adalah perubahan sentimen pasar. Ketika investor mulai merasa pesimis, baik karena isu global, politik, atau ekonomi dalam negeri, mereka cenderung menarik dana dari pasar modal. Akibatnya, permintaan turun dan harga saham ikut tergelincir.
Misalnya, saat muncul kabar resesi di negara besar, investor bisa saja langsung melakukan aksi jual (panic selling) tanpa berpikir panjang.
2. Kinerja Perusahaan yang Menurun
Saham adalah representasi kepemilikan atas perusahaan. Jika perusahaan menunjukkan kinerja yang buruk, seperti penurunan pendapatan, gagal ekspansi, atau skandal manajemen, wajar jika harga sahamnya ikut tertekan.
Laporan keuangan kuartalan sering menjadi momen penting. Jika hasilnya di bawah ekspektasi pasar, investor bisa langsung merespons negatif.
3. Naiknya Suku Bunga Acuan
Ketika Bank Indonesia atau The Fed menaikkan suku bunga, saham cenderung terkoreksi. Sebab, biaya pinjaman jadi lebih mahal, laba perusahaan berpotensi menurun, dan investor bisa memilih instrumen investasi lain seperti deposito yang lebih aman.
4. Krisis Global dan Geopolitik
Perang, pandemi, atau ketegangan antarnegara juga bisa mengguncang pasar saham. Contohnya, saat awal pandemi COVID-19, hampir seluruh indeks dunia jatuh karena ketidakpastian ekonomi global.
5. Pergerakan Investor Asing
Di Indonesia, investor asing masih punya pengaruh besar terhadap IHSG. Ketika mereka melakukan aksi jual dalam jumlah besar, indeks bisa ikut terseret turun. Alasan mereka bisa sangat beragam, mulai dari faktor global hingga penyesuaian portofolio.
Apa yang Harus Kamu Lakukan Saat Saham Turun?
Melihat nilai portofolio menurun memang bisa bikin stres. Tapi sebelum kamu panik dan buru-buru menjual saham, ada baiknya mempertimbangkan langkah-langkah berikut:
1. Jangan Panik, Evaluasi Dulu
Langkah pertama dan paling penting adalah menenangkan diri. Penurunan harga bukan berarti nilai perusahaan berubah dalam semalam. Cek kembali saham yang kamu pegang: apakah fundamentalnya masih bagus?
Kalau iya, bisa jadi ini justru kesempatan untuk menambah kepemilikan dengan harga lebih murah.
2. Kembali ke Tujuan Investasi
Setiap investor punya tujuan yang berbeda. Kalau kamu berinvestasi untuk jangka panjang (misalnya 5–10 tahun), fluktuasi jangka pendek seharusnya tidak terlalu mengganggu.
Tapi kalau tujuanmu jangka pendek dan butuh uang dalam waktu dekat, kamu memang perlu lebih hati-hati.
3. Diversifikasi Portofolio
Saham yang turun tajam bisa berdampak besar kalau kamu hanya pegang satu-dua emiten. Untuk itu, pastikan kamu sudah mendiversifikasi portofolio ke berbagai sektor, bahkan ke instrumen lain seperti reksa dana, obligasi, atau emas.
Dengan begitu, saat satu aset turun, aset lainnya bisa menyeimbangkan kerugian.
4. Manfaatkan Momen untuk Beli
Investor kawakan menyebut momen seperti ini sebagai “big sale”. Saham-saham bagus yang sebelumnya mahal, sekarang bisa dibeli dengan harga diskon. Tapi pastikan kamu sudah melakukan analisis terlebih dahulu sebelum masuk.
5. Edukasi Diri dan Terus Belajar
Pasar saham bukan tempat untuk spekulasi buta. Gunakan kesempatan ini untuk belajar lebih dalam soal analisis fundamental, teknikal, dan psikologi investasi. Banyak sekali sumber belajar yang bisa kamu akses, termasuk dari blog resmi Bank Mega.
Coba baca juga artikel Cara Menabung Saham untuk Pemula (contoh internal link) untuk lebih memahami dasar-dasar berinvestasi.
Jangan Lupakan Dana Darurat
Situasi saham yang sedang merah bisa menjadi pengingat betapa pentingnya dana darurat. Karena kalau kamu punya simpanan untuk 3–6 bulan kebutuhan, kamu nggak perlu menjual saham dalam kondisi rugi saat butuh uang mendadak.
Bank Mega juga menyediakan berbagai solusi simpanan yang bisa kamu pilih untuk membentuk dana darurat dengan aman dan fleksibel.
Jual Beli Valas
Saat Harga Saham yang sedang turun, kini nilai tukaar USD to IDR sedang naik-naiknya dan saatnya untuk kamu yang investasi dengan valas untuk melakukan penjualan USD, dan Bank Mega siap membantu kamu untuk melakukan transaksi valas dengan lebih baik dengan bantuan RM Handal yang siap menangani kamu.
baca juga : Promo Kartu Kredit Bank Mega April 2025
Saham dan Investasi
Pasar saham memang tidak selalu naik. Ada kalanya turun, bahkan tajam. Tapi itu bagian dari dinamika investasi. Yang penting adalah bagaimana kamu menyikapi kondisi tersebut.
Dengan pemahaman yang baik, strategi yang tepat, dan pengelolaan emosi yang sehat, kamu bisa tetap tenang dan bahkan mengambil peluang di tengah krisis.
Ingat, investor sukses bukan mereka yang tidak pernah rugi, tapi mereka yang tahu kapan harus bertahan dan kapan harus bertindak.
Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang produk dan layanan dari Bank Mega, kamu bisa kunjungi website kami, hubungi layanan pelanggan kami di 08041500010, atau bisa juga download aplikasi M-Smile yang tersedia di App Store dan Play Store untuk daftar dan apply Tabungan Bank Mega dan Kartu Kredit Bank Mega sekarang juga! Kamu juga bisa apply kartu kredit hanya 5 menit langsung di-approve lewat sini.
Bank Mega Berizin dan Diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan & Bank Indonesia serta merupakan peserta penjaminan LPS